16 Februari 2025

Kanal Tips

Saluran Media Tips

Amerika Serikat Ancaman Tarik Diri dari Mediasi Gencatan Senjata Israel-Lebanon

https://www.antaranews.com/

Amerika Serikat Ancaman Tarik Diri dari Mediasi Gencatan Senjata Israel-Lebanon

Kanal Tips – Utusan khusus Amerika Serikat, Amos Hochstein, telah memberikan ancaman kepada Israel dengan menyatakan bahwa AS akan menarik diri dari upaya mediasi yang sedang berlangsung antara Israel dan Lebanon jika Tel Aviv tidak menerima proposal gencatan senjata yang telah diajukan oleh pihak AS. Hal ini disampaikan melalui komunikasi Hochstein dengan duta besar Israel untuk AS, Michael Herzog, pada Minggu (24/11). Ancaman tersebut menyoroti ketegangan yang sedang berkembang dalam pembicaraan gencatan senjata yang melibatkan Israel, Lebanon, dan kelompok Hizbullah, di tengah eskalasi konflik yang sudah berlangsung cukup lama.

Laporan dari Channel 13 Israel mengungkapkan bahwa Hochstein, yang telah melakukan serangkaian pertemuan diplomatik di Lebanon dan Israel, memberi tahu Herzog bahwa jika Israel gagal memberikan respons positif terhadap usulan yang diajukan oleh AS, maka pihak Amerika Serikat akan mundur dari posisi mereka sebagai mediator dalam negosiasi ini. Kunjungan Hochstein ke Beirut dan Israel dimulai pada 19 November, dan pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas cara-cara untuk mencapai gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel, serta memitigasi dampak dari agresi Israel terhadap Gaza dan Lebanon yang telah berlangsung sejak tahun lalu.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa Israel menginginkan kebebasan penuh untuk melakukan operasi militer di Lebanon selatan sebagai syarat bagi persetujuan gencatan senjata. Proposal ini ditolak oleh Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang sebelumnya telah meninjau usulan AS namun merasa bahwa beberapa syarat yang diajukan tidak dapat diterima. Di sisi lain, Hizbullah, yang terlibat dalam konflik ini, mengungkapkan pandangannya terhadap proposal AS tersebut melalui Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem. Qassem menegaskan bahwa Hizbullah memiliki dua syarat utama dalam setiap negosiasi: pertama, penghentian total agresi Israel, dan kedua, perlindungan terhadap kedaulatan Lebanon. Hizbullah pun menekankan bahwa keputusan kini tergantung pada seberapa serius Netanyahu dalam mencapai kesepakatan damai.

Seiring dengan pembicaraan yang semakin intensif, sebuah laporan dari Channel 14 Israel mengutip seorang pejabat senior yang menyatakan bahwa Israel mungkin akan segera menyetujui gencatan senjata yang diajukan oleh AS. Pejabat tersebut mengindikasikan bahwa kesepakatan sementara akan dibuat di bawah pengawasan pihak Amerika, dengan rencana untuk kemudian beralih ke perjanjian yang lebih permanen antara Israel dan Lebanon. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa setelah gencatan senjata di Lebanon, pasukan Israel akan dipindahkan untuk melanjutkan operasi mereka di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

Perkembangan terbaru ini muncul setelah serangkaian serangan udara yang dilancarkan oleh Israel ke wilayah Lebanon, yang mereka klaim menyasar target-target yang berhubungan dengan Hizbullah. Sejak dimulainya perang Gaza pada tahun lalu, lebih dari 3.600 orang telah tewas di Lebanon akibat serangan Israel, dan lebih dari 15.300 orang lainnya terluka. Selain itu, lebih dari satu juta orang telah mengungsi dari rumah mereka, mencari perlindungan dari konflik yang semakin meluas.

Israel juga semakin memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober 2024, yang menambah kompleksitas situasi. Serangan-serangan ini menunjukkan bahwa konflik ini semakin mengarah pada keterlibatan lebih besar antara kedua belah pihak, yang menuntut intervensi lebih intensif dari pihak internasional untuk mencari solusi damai yang langgeng.

Dengan tekanan internasional yang meningkat dan ketegangan yang semakin tinggi, AS berusaha keras untuk menegosiasikan gencatan senjata yang tidak hanya mencakup penghentian pertempuran, tetapi juga memberikan jaminan terhadap keamanan dan kedaulatan Lebanon. Namun, tantangan besar tetap ada, dengan masing-masing pihak mempertahankan posisi yang kaku dalam negosiasi, menjadikan pencapaian kesepakatan yang adil dan permanen masih sulit terwujud.