Kanal Tips – Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM) telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sebagai respons terhadap meningkatnya kasus penyakit menular tersebut di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pembentukan Satgas ini menjadi langkah konkret dalam upaya menekan penyebaran penyakit yang berdampak serius pada sektor peternakan.
Dekan Fapet UGM, Prof. Budi Guntoro, menyampaikan bahwa peningkatan kasus PMK yang signifikan di DIY mendorong fakultas untuk mengambil tindakan cepat dan terorganisir. “Kami memutuskan membentuk Satgas untuk menangani masalah ini secara sistematis,” ungkap Prof. Budi di Yogyakarta, Senin (6/1/2025).
Satgas Penanggulangan PMK ini dirancang untuk melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan secara terpadu. Salah satu langkah awal yang telah dilakukan adalah survei lokasi peternakan yang terdampak PMK, khususnya di wilayah Gunung Kidul, yang menjadi salah satu daerah dengan kasus signifikan. “Kami telah melakukan survei awal ke lokasi ternak yang terinfeksi PMK,” tambah Prof. Budi.
Selain survei, Satgas juga akan mengutamakan penerapan biosekuriti sebagai langkah utama dalam mencegah penyebaran virus. Biosekuriti adalah serangkaian tindakan pencegahan yang dirancang untuk menghindari penularan penyakit di lingkungan peternakan. Beberapa langkah yang diterapkan meliputi pengawasan ketat terhadap lalu lintas keluar masuk kandang, isolasi ternak yang terinfeksi, dan perlindungan terhadap manusia serta lingkungan sekitar.
“Keamanan ternak, manusia, dan lingkungan sekitar menjadi prioritas utama. Biosekuriti harus diterapkan sejak dini agar penyebaran virus dapat ditekan,” tegas Prof. Budi.
Hingga saat ini, ratusan ternak, terutama sapi, di wilayah DIY telah dilaporkan terpapar PMK. Kasus-kasus ini tersebar di berbagai kabupaten, termasuk Gunung Kidul, Bantul, Sleman, dan Kulon Progo.
Berdasarkan data yang tercatat dalam Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional, per awal Januari 2025, terdapat sebanyak 824 ekor sapi yang terindikasi atau suspek PMK di DIY. Angka ini menunjukkan bahwa penyakit tersebut telah menjadi ancaman serius bagi industri peternakan di wilayah tersebut.
Satgas Fapet UGM juga berencana menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, peternak, dan berbagai pihak terkait untuk mengoptimalkan penanganan kasus PMK. Koordinasi ini akan mencakup pemberian edukasi kepada para peternak mengenai pentingnya penerapan biosekuriti, penggunaan vaksin untuk ternak yang sehat, serta penanganan yang tepat untuk ternak yang terinfeksi.
Selain itu, Satgas akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang bahaya penyakit mulut dan kuku, agar kesadaran akan pentingnya pencegahan dapat meningkat. Langkah ini dinilai krusial, mengingat PMK merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyebar melalui berbagai media, seperti kontak langsung dengan ternak yang terinfeksi, udara, atau peralatan peternakan.
Upaya ini diharapkan mampu menekan penyebaran PMK di DIY secara signifikan, sekaligus melindungi kesehatan ternak, manusia, dan lingkungan di sekitarnya. Pembentukan Satgas ini menjadi bukti komitmen Fakultas Peternakan UGM dalam mendukung sektor peternakan yang sehat dan berkelanjutan.
Prof. Budi juga mengimbau kepada seluruh peternak untuk segera melaporkan jika menemukan gejala PMK pada ternaknya. Dengan kolaborasi dan tindakan yang terkoordinasi, penanganan penyakit ini dapat dilakukan secara lebih efektif.
More Stories
Dukungan Pemerintah terhadap UMKM untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional
Kantin dan UMKM Dapat Kesempatan Ikut Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Detroit Pistons Menang Tipis atas New York Knicks, Perpanjang Tren Kemenangan