15 Februari 2025

Kanal Tips

Saluran Media Tips

Sebanyak 264 imigran Rohingya mendarat di Pantai Aceh Timur

264 Imigran Rohingya Mendarat di Aceh Timur, Penanganan Menunggu Koordinasi UNHCR

Kanal Tips – Sebanyak 264 imigran etnis Rohingya dilaporkan mendarat di pesisir Pantai Alue Bu Tuha, Kecamatan Pereulak Barat, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Aceh Timur, Syamsul Bahri, pada Senin (6/1). Para imigran ini diketahui tiba di pantai pada Minggu malam (5/1), menggunakan dua kapal kecil.

Syamsul Bahri menjelaskan bahwa tim dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Aceh Timur segera bergerak ke lokasi setelah menerima laporan. Mereka melakukan pendataan terhadap para imigran yang baru saja mendarat. Dari total 264 orang yang mendarat, sebanyak 117 di antaranya merupakan laki-laki, sedangkan 147 lainnya adalah perempuan.

Saat ini, pemerintah daerah bersama dengan kepolisian serta berbagai pihak terkait sedang melakukan koordinasi untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menangani rombongan imigran ini. Pemerintah daerah juga berkomunikasi dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), lembaga internasional yang menangani pengungsi lintas negara, untuk menentukan mekanisme penanganan sesuai standar internasional.

“Penanganan terhadap keberadaan mereka menunggu hasil koordinasi dengan UNHCR. Saat ini, pemerintah daerah dan aparat masih memantau situasi sambil menunggu arahan lebih lanjut,” ujar Syamsul.

Ini bukan kali pertama Aceh Timur menjadi tempat pendaratan bagi imigran Rohingya. Sebelumnya, pada awal Februari 2024, serta akhir Oktober dan November 2024, tercatat sebanyak 346 imigran etnis Rohingya juga mendarat di berbagai wilayah Kabupaten Aceh Timur.

Dari total tersebut, saat ini hanya tersisa 137 orang yang masih berada di penampungan sementara di Lapangan Sepak Bola Seuneubok Rawang, Kecamatan Pereulak Timur, Kabupaten Aceh Timur. Sebagian besar lainnya telah melarikan diri dari tempat penampungan, sementara 10 orang lainnya dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, dan ke penampungan lain di Kabupaten Pidie.

Syamsul mengakui bahwa pelarian imigran dari tempat penampungan menimbulkan pertanyaan besar. Ia menduga adanya pihak tertentu yang membantu proses pelarian tersebut. “Kami belum mengetahui siapa yang berada di balik pelarian ini. Namun, mustahil mereka bisa melarikan diri tanpa bantuan dari pihak luar,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Aceh Timur saat ini menghadapi tantangan besar dalam mengelola keberadaan imigran Rohingya yang terus berdatangan. Selain mengatur koordinasi dengan lembaga internasional, pemerintah juga harus memastikan keamanan serta kenyamanan para pengungsi yang masih berada di penampungan sementara.

Syamsul menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau keberadaan para imigran di lokasi penampungan. Upaya ini dilakukan untuk mencegah kaburnya imigran lain dan mengantisipasi potensi masalah baru yang dapat muncul akibat situasi tersebut.

Gelombang kedatangan imigran Rohingya di Aceh Timur mencerminkan krisis kemanusiaan yang terus berlanjut di kawasan Asia Tenggara. Aceh, dengan sejarah panjang solidaritas kemanusiaannya, kembali menjadi salah satu titik penyelamatan bagi etnis Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan dan penindasan di negara asal mereka.

Meski demikian, pemerintah daerah dan masyarakat setempat menghadapi keterbatasan dalam memberikan bantuan. Oleh karena itu, kerja sama antara pemerintah, lembaga internasional seperti UNHCR, dan organisasi kemanusiaan lainnya sangat diperlukan untuk memastikan penanganan yang layak bagi para pengungsi.

Dengan kedatangan imigran baru ini, Aceh Timur kembali dihadapkan pada tanggung jawab besar untuk memberikan perlindungan sementara sekaligus mencari solusi jangka panjang bagi para pengungsi Rohingya. Di tengah tantangan tersebut, harapan besar tetap ada bahwa solidaritas kemanusiaan dapat terus menjadi jembatan bagi mereka yang membutuhkan perlindungan.